Daily Archives: 31 Juli 2015

Sajak Deasy Tirayoh

Standar

DT

Deasy Tirayoh

KAGHATI KOLOPE

Angin terhuyung menarikan kaghati kolope
Kaki-kaki menapak setumbuh lapang serta raut sedu sedan
Ada wangi serat nanas hutan ditarik ulur genggaman
Bilah bamboo menisik kelindan dedaun gadung
Berlembar-lembar serupa Tuhan menitip kisah
Riwayat yang bersekutu dengan kelana waktu

Sementara sendu angin mondar-mandir di dinding gua Liang Kobori
Salinlah dengan mata
Sebentuk lukisan layang-layang purbakala sedang mencatat kitabnya sendiri

Maka, biarkalang jatuh tersungkur
Oleh angin yang lunglai atau temali yang lalai
Ia telah melanglang menantang umur
Sedemikian panggung alam bijak membumi

Sebab sejarah dan musim angin di desa
Sama bersahaja

Sultra, 2014
Kaghati Kolope: layang-layang berbahan daun kolope (gadung) dari pulau Muna yang disinyalir sebagai layang-layang tertua di dunia.

KALAMBE
:Pingit

Perdu bersemak selagi mata mengisyaratkan dongeng leluhur
Saat tunas ranum menemani rintik-rintik kegadisan
Lantas gong bunyi
Tetabuh mengungsikan sepi ditarung hasrat
Menarilah dengan tungkai sekokoh akar jati
Sebab gong telah menandai

Bibir terkatup menimbun doa
Angka dimatangkan agar siap pada goda
Apa yang menganga?
Perawan tak baik bila berisik
Kuburkan deburan tubuhmu di kesenyapan
Hingga dahaga peziarah datang menimba
Di kala rintik-rintik kegadisan pecah dalam upacara
Deras menghujani gersang

Perdu bersemak selagi benakmu masih kuncup
Kalambe, engkau bukanlah perdu itu
Yang jamak terinjak dan tumbuh sembarang
Pupuklah sebilang kata paling menjaga
Jangan durhaka!
Bunga mawar mekar mengiring musim
Siapa yang sungguh tertusuk duri?

Sultra, 2014
Kalambe: sebutan untuk gadis dalam bahasa Muna

KANDAI

di teluk dengan riak airnya yang keruh aku bersitatap menjala sejarahmu. alkisah berdengung di keramaian seumpama denting lonceng kecil yang membangunkan penunggu batas berperisai dan destar di kepala. mereka berseru sebelum negeri ini menjadi petakpetak tanah atas namanama yang diumpet ke dalam gemeriuh pesta pembangunan. di ujung dermaga generasi masakini sudah amnesia tentang sauh dan dayung berhimpun memberi judul untuk perahu yang membawa satu judul klasik : kandai

aku terlahir dari zaman yang melupa tentang moyang berisalah dalam gurindam di bawah cahaya bulan ketilam. jika kau gerus alam tanpa perhitungan maka alam akan meminta bayaran dari arah yang menghancurkan. hutan sudah tipis. sungai jadi tepian beton yang dimonopoli arus kanal kapitalis. asin lautan getir menangis. rumah berlabel keringat rakyat terjungkir jadi rongga kaca raksasa tempat segenap piutang tercatat untuk sekadar eksis.

kandai…

lidahku menyelamimu dalam ngilu. sekarang banyak wajah generasiku yang latah dan gemar mengigau. lisan kehilangan nama sejati. raga kehilangan aroma adat. jiwa kehilangan rupa budaya. kami disuguhkan kotak layar kaca penampung mantra. kami disesaki jadwal kampanye para rajaraja kecil yang rajin mempecundangi hukum semesta. pidana perdata menjelma dagelan bagi pemilik rupiah.

kandai…

ingin kukabarkan pada moyangku. sejarah telah mengambang dan dikail sebagai huruf-huruf gerutu yang melarung tanpa kendali. terombangambing seperti zombie bermuka imbesil. karena bahkan kompas dan teropong kami ditumpas saat kitab dongeng leluhur digadaikan untuk kepentingan penguasa yang lebih faseh bersidang dalam kelambu ketimbang mengurusi pelestarian terumbu.

Kedai pisang epe, Juli 2013

*Kandai adalah asal mula penamaan Kota Kendari

DEASY TIRAYOH adalah seorang cerpenis, penyair, dan penulis skenario yang berdomisili di Kendari. Lahir di Minahasa, Sulawesi Utara dan menyelesaikan studi S-1 di Universitas Haluoleo pada jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Cerpennya tersebar di media lokal dan nasional. “Mass In B Minor” adalah cerpennya yang bergaya tutur unik. “Metamorfosis Ligo” adalah cerpen yang menjadi pemenang lomba karya cipta cerpen kebudayaan di Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara. Puisi-puisinya dapat dibaca dalam kumpulan puisi 9 Pengakuan Mahila. “Kaghati Kolope” memenangkan sayembara cipta puisi Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara. Dalam sinematografi, Deasy menulis skenario untuk beberapa film bertema anak Indonesia diantaranya: Sahabat Merah Putih (Produksi TVRI 2013), Pelangi Menjuntai di Langit Muna (TVRI 2014), Sahabat Crayon (TVRI 2015) dan untuk film bertema keluarga Bersurat pada Matahari (TVRI 2014 dalam tayangan Hari Ibu). Film mini kolosal La Rumbalangi (Produksi Dinas Pariwisata Kolaka) dan sedang merampungkan sebuah skenario film pendek. Ia juga pernah diundang sebagai tamu undangan di MIWF 2015. Buku kumpulan cerita mininya adalah Tanda Seru di Tubuh, diterbitkan Settung Publishing, Mei 2015.